Toleransi ala Fattah dan Ibi


13445573_1219643378045934_1693332189804320784_nTahun ini tahun ketiga fattah (8yo) belajar puasa penuh. Ibi (4yo) baru belajar bahwa puasa itu nahan makan minum dan ga boleh marah-marah. Ibi ga dilarang makan dan tidak ditawarin makan. Kalo dia minta makan, dia bisa makan seadanya (misal sayur sisa sahur). Ibi biasa puasa dr bangun pagi sampai waktu makan siang, trus lanjut puasa sampai maghrib.

Kami memfasilitasi fattah puasa, rekues menu buka misalnya. Kami ga memfasilitasi ibi yang tidak puasa, ga nawarin dan ga secara khusus sediain makanan. Kami ga maksa ibi untuk makan sembunyi. ibi yang sadar ga nawarin makanan ke yang puasa, ibi terima kalo makanan siangnya bukan jadi prioritas.

Kami ga maksa fattah untuk bisa kuat ngeliat ibi makan. Wajar kalo fattah berharap ibi ga makan minum di depan dia. Tapi tetep dia ga marah.

Ini bukan soal manja. Bukan soal siapa yang harus hormat. Ini soal sadar. Fattah sadar puasanya tergantung dia, bukan krn ibi. Ibi juga ga merasa penting, bahwa yang lain musti ngerti dia ga puasa. Ibi ga marah kalo menu dan jadwal masak disesuaikan dengan jadwal sahur dan buka.

Notes: ini adalah post saya di instagram @ibunayu_ tanggal 14 Juni 2016. As disclaimer, ga ada hubungannya sama kasus Warteg vs SatpolPP yang hits kala itu 🙂 dan sebagai update, di 20 hari terakhir puasa, Ibi sudah puasa full dari sahur hingga Maghrib, Alhamdulillah..

 

 


Leave a Reply